Dari Ubuntu ke ClearOS: Migrasi di awal tahun 2013
Diawal tahun 2013 ini setelah "menyerah" mengkonfigurasi server router ubuntu 12.04 LTS dikarenakan masalah yang belum bisa terpecahkan yaitu, melambatnya koneksi internet di komputer klien jika menggunakan router ubuntu akhirnya mencoba berpaling ke OS linux lain. Meskipun dari berbagai milis mengatakan bahwa meng-nonaktif-kan fitur IPV6 menjadi solusi (dan sudah saya coba), ternyata tidak membuahkan hasil. Koneksi internet masih tetap lambat, dan hampir setiap hari masuk keluhan dari user mengenai lambatnya akses internet ini padahal bandwith yang dikucurkan ISP cukup besar yaitu 8 Mbps.
Akhirnya, mencoba menginstal ClearOS pada komputer router cadangan. Salah satu kelebihan dari router ini adalah kemudahan konfigurasi pada IP virtual yang sudah disediakan di menu webconfignya. Sebagai sistem operasi turunan dari Redhat/Fedora, perlu menyesuaikan diri lagi dalam melakukan perintah di terminal. Sebagai contoh jika menginstall di Ubuntu menggunakan perintah apt-get install, di ClearOS menggunakan yum install. Di Ubuntu banyak aplikasi yang dapat diinstall dengan bebas tetapi tidak demikian dengan ClearOS. ClearOS benar-benar selektif menyediakan aplikasi untuk dimasukkan ke sistemnya, terutama kebanyakan harus melawati ClearCenter.
Squid Proxy
Perbedaan yang saya rasakan saat ini adalah cara mengkonfigurasi proxy. Di Ubuntu, mengkonfigurasi proxy dalam hal ini menggunakan squid3 relatif mudah dibandingkan di ClearOS. Di Ubuntu konfigurasi tinggal mengubah isi dari file /etc/squid3/squid3.conf. Tetapi di ClearOS terdapat file squid.conf dan file-file eksternal pendukung. Misalkan untuk memasukkan LAN ada khusus file squid_lans. Sehingga mengubah file konfigurasi harus lebih hati-hati. Dari sinilah muncul permasalahannya. Subnet yang saya buat menggunakan interface virtual(eth1:0 untuk IP 192.168.100.x, eth1:1 utk IP 30.X, eth1:2 untuk IP 40.X), tidak dikenali secara otomatis oleh Squid. Jadi jika server ClearOS di-restart, harus memasukkan lagi secara manual 3 subnet IP tersebut pada file squid_lans. Saya belum sempat mencoba mengkonfigurasi manual supaya settingan subnet tetap ada meskipun server direstart. Kalau sudah menemukan cara konfigurasinya, akan saya posting diblog ini.
Feel Slow, Huh ??? |
Squid Proxy
Perbedaan yang saya rasakan saat ini adalah cara mengkonfigurasi proxy. Di Ubuntu, mengkonfigurasi proxy dalam hal ini menggunakan squid3 relatif mudah dibandingkan di ClearOS. Di Ubuntu konfigurasi tinggal mengubah isi dari file /etc/squid3/squid3.conf. Tetapi di ClearOS terdapat file squid.conf dan file-file eksternal pendukung. Misalkan untuk memasukkan LAN ada khusus file squid_lans. Sehingga mengubah file konfigurasi harus lebih hati-hati. Dari sinilah muncul permasalahannya. Subnet yang saya buat menggunakan interface virtual(eth1:0 untuk IP 192.168.100.x, eth1:1 utk IP 30.X, eth1:2 untuk IP 40.X), tidak dikenali secara otomatis oleh Squid. Jadi jika server ClearOS di-restart, harus memasukkan lagi secara manual 3 subnet IP tersebut pada file squid_lans. Saya belum sempat mencoba mengkonfigurasi manual supaya settingan subnet tetap ada meskipun server direstart. Kalau sudah menemukan cara konfigurasinya, akan saya posting diblog ini.
Proxy Squid yang masih harus di-tuning |
Sejauh ini, koneksi internet menggunakan router ClearOS cukup memuaskan. Masih banyak yang harus dipelajari dari sistem linux turunan dari RedHat ini. No Pain No Gain asal jangan Game Over (Nggak nyambung ... ^_^)
Komentar
Posting Komentar